Sabtu, 30 Mei 2015

Warna Warni Menjadi Penyuluh Pertanian PNS

Tahun 2010 saya lulus tes CPNS di Barabai, setelah sekalian kali ikut tes CPNS baik yang diadakan Departemen Pusat maupun Daerah.  Bisa jadi benar juga perkataan seorang rekan saya, karena memang dicita-citakan dan diniatkan jadi PNS sehingga seluruh upaya dan perhatian tertuju untuk niat itu sehingga Allah SWt mengabulkan menjadi PNS.  Sementara beliau yang berkata itu memang sejak awal tidak ingin jadi PNS dan tidak mau ikut tes PNS, lebih memilih menjadi pengusaha, dan Alhamdulillah beliau sekarang jadi Pengusaha. Tak terasa sudah menjelang 6 tahun saya mengabdi di Barabai sebagai Penyuluh Pertanian Pertama yang baru diberi kepercayaan sebagai Penata Muda Tingkat I dengan Golongan III/b.


Sebenarnya menjadi Penyuluh Pertanian Kontrak dan PNS sama saja tugasnya sebagai Penyuluh Pertanian, walaupun di beberapa daerah Penyuluh Pertanian Kontrak tidak diberi tugas memegang WKP, tapi sifatnya hanya membantu Penyuluh PNS, tapi di Kalsel dibanyak tempat, Penyuluh Pertanian Kontrak juga memegang WKP.  Yang membedakan antara PPL kontrak dan PNS hanya masalah gaji, tunjangan, fasilitas dan Uang Pensiun.  Di Barabai PPL Kontrak tidak mendapatkan tunjangan daerah, dan tidak mendapatkan kenaikan gaji berkala sebagaimana PPL PNS.  Sementara beban kerja yang diberikan tidak dibedakan, bahkan ada PPL Kontrak yang beban kerjanya lebih banyak dari PPL PNS, tentu keadaan ini berpotensi menimbulkan ketidakharmonisan hubungan bila tidak disikapi dengan bijak.  Saya merasa betul apa yang dirasakan teman-teman PPL Kontrak, bila Honor telat cair tentu akan sulit menjalankan kewajiban, padahal tuntutan pekerjaan sama dengan PPL PNS, dilematis memang.  Saya berharap pihak yang berkepentingan juga memprioritaskan PPL kontrak agar haknya jangan diabaikan apalagi dipersulit.

Menjadi CPNS tahun 2010 dan tahun 2011 sudah resmi menyandang PNS.  Awal mula saya ditempatkan di wilayah BP3K Kecamatan Batang Alai Utara Desa Dangu, kemudian tahun 2011 diberi tambahan WKP Desa Hapingin sehingga saya menangani 2 WKP yakni Dangu-Hapingin.  Jumlah Koptan di 2 Desa tersebut ada 14 dan 2 Gapoktan. Tahun 2012 saya dipindahtugaskan menjadi PPL WKP Desa Labunganak sampai sekarang, menggantikan Bapak Rifaini yang diangkat sebagai PP Programer Supervisur BP3K Kecamatan Batang Alai Utara. WKP Desa Labunganak memiliki 1 Posluhdes, 1 Gapoktan, 1 KWT,1 Kelompok UP FMA, 1 Kelompok Ternak, 1 Kelompok Petani Miskin (KPM), 4 Kelompok Perkebunan Hortikultura dan 8 Kelompok Tani Padi Sawah.  Pos mangkal saya di sekretariat Posluhdes tepatnya di Kantor Pembakal.  Komoditas Utama WKP Desa Labunganak adalah padi dan karet.  Program Pemerintah yang ada di WKP Labunganak saat ini seperti : PUAP, KPM, dan UPSUS melalu perbaikan dan pembangunan JITUT dan KKPE.

Pertemuan kelembagaan petani yang rutin di Desa Labunganak setiap bulannya adalah :  Pertemuan Gapoktan biasanya setiap tanggal 4, pertemuan KPM setiap hari kamis minggu ke 4, pertemuan koptan Baru Mekar setiap hari senin minggu terakhir, dan pertemuan koptan Hidup Baru setiap minggu ke 3 biasanya hari kamis.

Saya mendapatkan fasilitas atau tepatnya dipinjami fasilitas, karena kala itu saya hanya punya motor suzuki shougun jadul keluaran 2000, bila saya memakai motor untuk kerja istri saya tidak memiliki transportasi untuk kemana-mana, kadang nunggu saya dulu, baru berangkat kerja di Primagama. Pimpinan saya prihatin akhirnya saya diberi kepercayaan menggunakan fasilitas motor Suzuki A 100 keluaran tahun 2000 bekas beliau, kebetulan pajaknya mati, lampu depannya mati, mesinnya gak hidup, dan joknya sobek-sobek, karena semua perlu biaya, akhirnya ngumpulin uang untuk membereskan semuanya (soalnya gak ada biaya perawatan dari kantor).  Alhamdulillah istri, dapat rezky sehingga bisa beli motor sendiri, dan motor A 100 belum bisa dimanfa’atkan sementara waktu karena mesinnya mati, bannya gundul dan tali koplingnya putus, saya belum punya cukup dana, kalaupun ada belum teralokasi ke situ.  Beberapa teman nyeletuk, koq yang dikantoran motor dinasnya bagus-bagus, bahkan banyak yang baru, sementara yang dilapangan ko’ dapatnya yang afkir bahkan sisa-sisa.  Jawaban sederhana dari celetukan itu biasanya “belum ada anggaran”, kalau mau disuruh pakai A 100 atau Kaisar yang banyak numpuk digudang, padahal kedua motor itu selain boros juga perawatannya harus ekstra. Tapi ya syukuri saja apa yang ada, Kerja...Kerja..dan Kerja..(semoga juga sambil diperhatikan hak-haknya oleh pihak yang berwenang)

Di Barabai kami melaksanakan Penyuluhan dengan sistem Penyuluhan Murakata, dalam 5 hari kerja seorang penyuluh bertugas 4 hari di lapangan dan 1 hari di BP3K untuk melaksanakan konsultasi dan latihan. WKP dibagi menjadi 4 Zona.   Sebelum ke Zona seorang penyuluh harus berada di Pos mangkal, mengisi Papan Kunjungan (agar mudah diketahui kegiatan dan keberadaannya), papan kunjungan saya sudah hilang, biasanya ke BP3K dulu baru kelapangan, bila ada kegiatan atau keperluan baru ke Pos Mangkal.

Sistem Penyuluhan Murakata ini turut mengantarkan Barabai mendapatkan Anugerah Adhikarya Pangan Nusantara yang disampaikan Bapak Wapres Budiono kala itu, bahkan di level nasional beberapa kali Penyuluh Pertanian Barabai maupun kelembagaan petaninya menyabet gelar juara, hanya saja akhir-akhir ini gelar juara itu kian sulit diraih karena persaingan yang ketat dan mulai berbenahnya daerah lain.  Semoga ke depan bisa lebih baik lagi.  Menurut saya piala hanyalah sebuah simbol keberhasilan saja, tentu akan lebih baik bila keberhasilan itu adalah sebuah kerja nyata dan berkesusaian keadaannya di lapangan.  Memang menjadi sebuah tantangan kadang rekan-rekan penyuluh kinerjanya bagus namun lemah diaministrasinya, kadang ada yang bagus administrasinya tapi tidak sesuai keadaan sebenarnya di lapangan. Dari kedua hal itu tahun 2014 kemaren saya diberi kepercayaan memperoleh sertifikat penyuluh pertanian berprestasi tingkat Kab. HST (semoga bukan ujub, sekedar tahaddus bin ni’mah).  Saya pribadi merasa tidak layak, karena yang saya perbuat belum sesuai SOP dan belum sesuai harapan.

Ada seorang rekan yang senantiasa mengingatkan dan mengajarkan tentang pentingnya Sholat dan rasa malu, beliau sering mengajak sholat jama’ah kala mengunungi saya di lapangan, beliau juga sering mengingatkan agar saya juga berupaya menghalalkan gaji yakni bekerja sesuai aqad-aqadnya, tak bisa dipungkiri memang karena banyaknya penyuluh ada yang pulang duluan, ada yang jarang turun, dan sebagainya, tapi tidak bisa digeneralisir seperti itu banyak juga yang bagus-bagus.  Kaitannya rasa malu tadi, beliau mengingatkan agar saya mengusahakan pulang paling tidak setelah sholat Ashar kecuali hari jum’at.  Memang jam kerja PNS dari 08.00 – 16.30 Wita, tapi penyuluh pertanian kadang harus hadir kegiatan pada hari libur atau bahkan malam hari, katanya sih penyuluh itu harus kerjanya 24 jam.  Kadang realitas ini bila tidak disikapi bijaksana akan menjadi penghambat kinerja.

Semoga amanah, berintegritas, profesional dan istiqomah.

Wahyuddin Noor, SP
Penyuluh Pertanian



1 komentar: