Berangkat dari sebuah cara
berfikir simple, pelaku utama di kelompok Tani Baru Mekar mulai menggeluti
Budidaya Tanaman Ubi Kayu. Kelompok Tani ini beranggotakan 11 orang
petani. Usaha dominan mereka adalah
Tanaman Karet dan Hortikultura. Namun
sebagian anggota juga mengusahakan ayam kampung maupun menanam padi tugal. Saya
katakan sederhana karena selain mudah dalam penanaman, murah biaya, dan pasar
yang tersedia. Awalnya sekitar 1 Ha saja
dan hanya 1 atau 2 orang saja yang mengusahakan, sekarang luasan dan jumlah
pelaku utama makin bertambah.
Ubi Kayu yang dalam bahasa kami
disebut Gumbili menjadi salah satu sumber pendapatan petani, tampang/bibit
tidak beli alias minta, lahan taung atau kosong masih cukup, cukup di racah
atau di cangkul-cangkul tipis, bibit di tanam, tanpa di siram, tanpa di pupuk,
tanpa disemprot dengan pestisida dapat menghasilkan umbi yang cukup
menjanjikan.
Penanaman biasanya dilakukan
menjelang akhir musim hujan, bibit yang digunakan berasal dari bibit gumbili
“mamak” dengan usia pertanaman 6-7 bulan, jarak tanam bervariasi, sebagian
besar menggunakan jarak tanam 60-80 cm dalam barisan dan 100 – 150 cm antar
barisan (halaman). Lahan dibuat guludan dengan lebar 60-80 cm. Bibit yang digunakan berukuran 20-30 cm.
Pembersihan lahan dilakukan
fleksibel melihat kondisi pertanaman, biasanya secara mekanis dicabut dengan
tangan, dengan parang atau dengan cangkul, pelaku utama khawatir bila
menggunakan pestisida akan berdampak pada umbi nantinya, sedangkan pemupukan
tidak dilakukan. Hama utama yang
dihadapi petani adalah hama kera, kebanyakan petani tidak tega membunuh,
sedangkan menggunakan jebakan perlu biaya mahal, jadi mereka lebih senang
menjaga kebun dengan menggunakan senapan angin, tujuannya untuk menakut-nakuti.
Panen dilakukan dengan cara
memotong terlebih dahulu batang dekat pangkal dengan jarak 1-1,5 M dari
pangkal, tujuannya untuk memudahkan pencabutan, kalau sulit dicabut biasanya
pelaku utama menggunakan cangkul.
Setelah dicabut dilakukan pemotongan umbi lalu kegiatan sortir dilakukan,
menentukan grid atau kelas. Kelas 1
untuk umbi yang tampilan fisiknya bagus dan ukurannya sesuai keingininan pasar
untuk 1 kilo ( 4-5 umbi) sebesar pergelangan tangan anak SD, kelas 2 agak
kecil, kelas 3 biasanya sebesar ibu jari kaki orang dewasa. Setelah disortir dimasukan kasung goni baru
dilakukan penimbangan. Untuk 1 rumpun
pohon biasanya menghasilkan 1- 2 Kg.
Untuk pasar, di Desa Labunganak
tersedia pedagang pengumpul yang siap membeli, hanya saja petani lebih senang
membawa sendiri ke pasar AMuntai yang berjarak 30 Km, di pasar tersebut
terdapat pedagang pengumpul atau pembeli besar yang siap menerima ubi kayu
berapapun jumlahnya, di pasar tersebut berlaku harga partai. Harga di kebun biasanya berkisar antara
1.000-1.700, sedangkan harga partai bisa mencapai 2.000-2.800 per kilo.
Terkait dengan produk olahan,
anggota kelompok tani Baru Mekar telah melakukan pengolahan ubi kayu menjadi
tape gumbili, maupun dibuat keripik ubi kayu, untuk tape pasar dan harga belum
terlalu menjanjikan, sedangkan untuk keripik lumayan laku di sekitar tempat
tinggal mereka ditaruh di warung dengan harga 1000 per bungkus. Usaha ini jarang atau tidak kontinyu
dilakukan karena alasan “kada kaubar” (tidak sempat), sekedar usaha sampingan
bukan usaha utama, direncanakan di kelompok tani Baru Mekar tahun ini akan
dilaksanakan penyuluhan Agribisnis tentang Budidaya dan Pengolahan Ubi Kayu