Jumat, 20 Mei 2016

BUDIDAYA UBI KAYU KOPTAN BARU MEKAR

Berangkat dari sebuah cara berfikir simple, pelaku utama di kelompok Tani Baru Mekar mulai menggeluti Budidaya Tanaman Ubi Kayu. Kelompok Tani ini beranggotakan 11 orang petani.  Usaha dominan mereka adalah Tanaman Karet dan Hortikultura.  Namun sebagian anggota juga mengusahakan ayam kampung maupun menanam padi tugal. Saya katakan sederhana karena selain mudah dalam penanaman, murah biaya, dan pasar yang tersedia.  Awalnya sekitar 1 Ha saja dan hanya 1 atau 2 orang saja yang mengusahakan, sekarang luasan dan jumlah pelaku utama makin bertambah.
Ubi Kayu yang dalam bahasa kami disebut Gumbili menjadi salah satu sumber pendapatan petani, tampang/bibit tidak beli alias minta, lahan taung atau kosong masih cukup, cukup di racah atau di cangkul-cangkul tipis, bibit di tanam, tanpa di siram, tanpa di pupuk, tanpa disemprot dengan pestisida dapat menghasilkan umbi yang cukup menjanjikan.
Penanaman biasanya dilakukan menjelang akhir musim hujan, bibit yang digunakan berasal dari bibit gumbili “mamak” dengan usia pertanaman 6-7 bulan, jarak tanam bervariasi, sebagian besar menggunakan jarak tanam 60-80 cm dalam barisan dan 100 – 150 cm antar barisan (halaman). Lahan dibuat guludan dengan lebar 60-80 cm.  Bibit yang digunakan berukuran 20-30 cm.

Pembersihan lahan dilakukan fleksibel melihat kondisi pertanaman, biasanya secara mekanis dicabut dengan tangan, dengan parang atau dengan cangkul, pelaku utama khawatir bila menggunakan pestisida akan berdampak pada umbi nantinya, sedangkan pemupukan tidak dilakukan.  Hama utama yang dihadapi petani adalah hama kera, kebanyakan petani tidak tega membunuh, sedangkan menggunakan jebakan perlu biaya mahal, jadi mereka lebih senang menjaga kebun dengan menggunakan senapan angin, tujuannya untuk menakut-nakuti.

Panen dilakukan dengan cara memotong terlebih dahulu batang dekat pangkal dengan jarak 1-1,5 M dari pangkal, tujuannya untuk memudahkan pencabutan, kalau sulit dicabut biasanya pelaku utama menggunakan cangkul.  Setelah dicabut dilakukan pemotongan umbi lalu kegiatan sortir dilakukan, menentukan grid atau kelas.  Kelas 1 untuk umbi yang tampilan fisiknya bagus dan ukurannya sesuai keingininan pasar untuk 1 kilo ( 4-5 umbi) sebesar pergelangan tangan anak SD, kelas 2 agak kecil, kelas 3 biasanya sebesar ibu jari kaki orang dewasa.  Setelah disortir dimasukan kasung goni baru dilakukan penimbangan.  Untuk 1 rumpun pohon biasanya menghasilkan 1- 2 Kg.

Untuk pasar, di Desa Labunganak tersedia pedagang pengumpul yang siap membeli, hanya saja petani lebih senang membawa sendiri ke pasar AMuntai yang berjarak 30 Km, di pasar tersebut terdapat pedagang pengumpul atau pembeli besar yang siap menerima ubi kayu berapapun jumlahnya, di pasar tersebut berlaku harga partai.  Harga di kebun biasanya berkisar antara 1.000-1.700, sedangkan harga partai bisa mencapai 2.000-2.800 per kilo.


Terkait dengan produk olahan, anggota kelompok tani Baru Mekar telah melakukan pengolahan ubi kayu menjadi tape gumbili, maupun dibuat keripik ubi kayu, untuk tape pasar dan harga belum terlalu menjanjikan, sedangkan untuk keripik lumayan laku di sekitar tempat tinggal mereka ditaruh di warung dengan harga 1000 per bungkus.  Usaha ini jarang atau tidak kontinyu dilakukan karena alasan “kada kaubar” (tidak sempat), sekedar usaha sampingan bukan usaha utama, direncanakan di kelompok tani Baru Mekar tahun ini akan dilaksanakan penyuluhan Agribisnis tentang Budidaya dan Pengolahan Ubi Kayu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar