Sabtu, 30 Mei 2015

Menikmati Proses Memfakta Cita-cita

Dalam sebuah pengarahan ketika saya pertama kali memegang status CPNS sebagai Penyuluh Pertanian.  Oleh penyampai kala itu dilontarkan pertanyaan, adakah diantara kalian yang lulus ini memang cita-citanya sejak dulu adalah menjadi Penyuluh Pertanian ? Tak ada seorang pun yang menjawab termasuk saya.  Penyampai melanjutkan pernyataannya, saya tau bahwa kalian menjadi penyuluh pertanian karena kebetulan, bukan karena keinginan sungguh-sungguh kalian.  Andaikan ada pilihan yang lebih baik sebagai PNS selain penyuluh pertanian, saya kira kalian akan mengambil pilihan itu, ujarnya menduga-duga. Saya yang kala itu hadir dan duduk di belakang kembali diam.  Ada sesuatu alasan yang dapat membenarkan pernyataan si penyampai itu, yang menggelitik saya.

Merunut masala lalu, saya pendidikan SMU dan buta tentang pertanian, lulus SMU memilih jalur PMDK karena selalu 10 besar sejak kelas 1.  Pilihan pertama saya adalah mendaftar sebagai mahasiswa FKIP jurusan Matematika, dan pilihan kedua mendaftar sebagai mahasiswa Faperta Jurusan Sosek Prodi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian.  Teman-taman saya yang PMDK beberapa tidak lulus, dan pilihan pertama saya juga tidak lulus, tapi nama saya tercantum sebagai yang lulus pilihan kedua :  Mahasiswa Pertanian. Kami merakayakan pengumuman kelulusan PMDK dengan berangkat ke Pelaihari ke rumah Boby Marlindo, teman sejak SMU, disana menginap beberapa hari, mendaki gunung, berenang ke Pantai Takisung, menikmati suasana Jawa di tanah Kalimantan.

Kala SMU, saya ingat betul ketika mata pelajaran Bahasa Indonesia, kala itu, masing-masing kami di suruh tampil ke depan untuk menyampaikan cita-cita, dan yang terbersit dibenak saya kala itu adalah menjadi seorang Ahli/Pakar di bidang Pertanian menjadi Doktor atau bahkan Profesor.   Ketika memilih PMDK untuk Penyuluh Pertanian, saya tidak ada bayangan sama sekali, sederhananya yang penting kuliah, yang penting diterima tidak melalui tes, itu saja.

Dan ketika menyandang status sebagai mahasiswa pertanian itulah saya belajar banyak hal, keadaan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, hidup ngekost, nyuci, masak, dan beres-beres sendiri, pekerjaan yang sebelumnya asing mulai harus dibiasakan kala ngekost.  Saya ingat betul kala itu tampil sebagai mahasiswa culun bin lugu yang untuk berteman pun masih ragu-ragu dan minder, merasa diri selalu lebih rendah dari orang lain.   Kegiatan sebagai mahasiswa hanya kos, kampus, perpus, hanya seputar itu. Setelah sekian lama bergaul di kost dan kuliah, saya mulai banyak perubahan, apalagi saya bertemu dengan orang-orang luar biasa di Mesjid Kampus dari Mahasiswa Pertanian yang juga aktif di PPK Al-Qudwah dan LDK Angkatan Muda Mesjid Kampus Al-Baythar seperti : Mas Budianoor, Mas Ramli, Mas Choirul, Mas Wahyuddin Noor, Mas Ikhsan, Mas Ery Atmaja, Mas Eko, Mas Kamarudin, Mas Purnomo (mentor), Mas Toni Hartanto (mentor), Mas Sigit, Mas Yousuf, Mas Supiannoor, Mas Tabib, Mas Dodik Choiron, Mas Aidi, Mas Wahyuni, Mas Rahmad dan teman seangkatan seperti Agus Supriyanto, Rachman Fitriannoor, Hormansyah, M. Arsyad, Arief Rakhman Hakim (Alm), Saenol Huda (mohon ma’af bila saya kelupaan menyebutkan nama-nama yang lain) bagi saya mereka banyak mengenalkan dan mengajarkan arti kehidupan sesungguhnya, tentang Islam sebenarnya, tentang halal dan haram, juga tentang kewajiban berdakwah.

Tak lupa juga kawan-kawan Mahasiswa Penyuluhan seangkatan dulu juga banyak membawa pengaruh seperti : Anjung (Heri), Amat, Ifit, Yahya, Ilham, Mariman (Alm), Deny, Ridi,  (hampir semua kawan-kawan sekarang jadi penyuluh baik PNS, Kontrak, dan Swasta) dll. Juga bertemu dengan dosen-dosen luar biasa seperti Pak Luthfi Fatah, Ibu Mariani, Pak Yunus Jarmie, Pak Muin, Pak Suprianto, Bu Eka Radiah, Bu Umi, Pak Husaini, Pak Taufik, Pak Usamah, dan dosen pertanian lainnya.  Banyak ilmu, teladan dan motivasi yang telah mereka berikan, semoga diganjar limpahan pahala oleh Allah SWT. Saya ingat sekali, dengan semangat yang meletup-letup, pada acara Silaturrahim Mahasiswa Penyuluhan dan Dosen Penyuluhan Faperta Unlam, saya menyampaikan bahwa yang saya peroleh selama saya kuliah 7 tahun adalah bisa dan berani ngomong di depan orang banyak, selebihnya adalah teori-teori yang sebagiannya bisa diterapkan kala terjun ke lapangan, dan sebagiannya harus ditinggalkan karna lapangan tidak mendukung.

Kelar menyandang gelar Sarjana Pertanian saya dihadapkan pada pilihan tetap di Banjarbaru atau Pulang Kampung ke Barabai, Mama mengharapkan saya pulang, tapi saya bersikeras untuk tetap di Banjarbaru, banyak hal yang bisa saya lakukan, banyak informasi yang bisa saya dapatkan, saya bertanya kalau saya pulang saya kerja apa ? saya tak mau jadi pengangguran.  Saya putuskan tetap di Banjarbaru nyari kerja di situ, dan kalau ada peluang penerimaan CPNS saya ikuti.  Macam-macam saya kerjakan di Banjarbaru mulai ikut jaga warnet dan rental computer, ikut jaga toko elektronik teman, ikut jaga air galon punya teman, jualan buku keislaman, ikut teman jualan semangka, ikut Jurusan Sosek jaga lab komputer, jadi pendamping asrama putra di SPP Banjarbaru, jadi TPL Program Sanimas, Jadi Koordinator Wilayah Waqaf Qur’an Jakarta, Jadi sales VCD Tutorial Bahasa Inggris, Jadi penyuluh kontrak di UPTD BP3K Kecamatan Cempaka- WKP Kelurahan Cempaka dari 2008-2010, lalu diterima sebagai PNS Penyuluh Pertanian di Barabai-Kab. HST sejak 2010 hingga sekarang, saya pulang kampung saya bersyukur, ada rasa bangga dan haru sekaligus sedih.  Ada keinginan kuat untuk mengabdi sekaligus menerapkan ilmu pertanian yang di dapat di Kampus.

Saya sering merenungi apa yang sedang saya jalani sebagai seorang penyuluh pertanian saat ini, saya menghubungkannya dengan cita-cita yang saya semai sejak puluhan tahun silam, saya sedih melihat petani yang saya dampingi, saya pilu melihat nasib mereka.  Lebih pilu lagi kala melihat petani yang justru “gembira dalam penderitaan”, memikirkan dan menghendaki bantuan, ketika dibantu justru tidak digunakan sesuai peruntukannya, ketika tidak dibantu justru iri dan menebar hal yang bukan-bukan yang justru menghambat kemajuan. Dalam penyuluhan petani yang saya maksud adalah petani yang tergabung dalam kelompok Merpati dan Pedati.

Bila ada kesempatan saya ingin kembali bekerja di Banjarbaru (bukan tidak mensyukuri kerja di Barabai- karena banyak hal yang akan sulit saya wujudkan ketika saya selamanya di Barabai), Saya ingin kuliah lagi, melanjutkan studi ke jenjang S2 kalau perlu hingga S3, bukan untuk koyo-koyoan atau gaya-gayaan, saya ingin terus belajar dan mengajar, cuma sayang kendala kesempatan dan dana, sampai saat ini saya memutuskan untuk tidak pinjam uang di bank atau koperasi yang mensyaratkan adanya bunga.  Banyak rekan yang mencibir saya sok alim, pinda musti, bahkan ada yang membilang goblog karena punya SK PNS tidak digunakan untuk jaminan pinjam uang di Bank, saya bukannya tidak ingin pinjam uang tapi lembaga/pihak yang meminjami uang kebanyakan menyertakan bunga dan aqad riba, yang bunga itu baik sedikit atau banyak haram dalam pandangan Islam, saya takut dengan Allah SWT.  Saya sambil berusaha dan memperkuat keyakinan, bila Allah SWT menghendaki apa yang saya niatkan, semua itu akan mudah dan selalu ada jalan keluarnya.

Bila ada kesempatan saya ingin menjadi Penyuluh Pertanian Provinsi atau Penyuluh Pertanian Pusat yang Profesional dan Islami, atau menjadi Dosen Penyuluh Pertanian dan Pemberdayaan Masyarakat yang Islami, atau menjadi seorang Widyaiswara Penyuluh Pertanian yang Profesional dan Islami (lagi-lagi saya ingin tegaskan, saya bukan tidak bersyukur menjadi Penyuluh Pertanian di Desa, tapi banyak hal yang sudah saya rencanakan dan susun untuk kemajuan petani dan pertanian, sulit saya wujudkan bila saya selamanya berperan sebagai Penyuluh Pertanian di Desa.

Mohon do’a semoga harapan dan keinginan saya terwujud.  Saat ini saya mengupayakan terus mendekatkan diri kepada Allah SWT dan menikmati proses memfakta cita-cita.

Wahyuddin Noor, SP
Penyuluh Pertanian Lapangan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar